Millard Fillmore: Presiden ke-13 Amerika Serikat

Pengenalan Millard Fillmore
Millard Fillmore adalah Presiden ke-13 Amerika Serikat yang menjabat dari 1850 hingga 1853. Ia dikenal sebagai salah satu presiden yang kurang dikenang dalam sejarah Amerika, meskipun memiliki peran penting dalam mengelola krisis nasional yang terjadi pada masa pemerintahannya. Sebelum menjadi presiden, Fillmore adalah wakil presiden di bawah Presiden Zachary Taylor, namun setelah kematian Taylor, ia naik ke jabatan tertinggi di negara tersebut.
Lahir pada 7 Januari 1800 di sebuah keluarga miskin di New York, Fillmore memiliki latar belakang yang sederhana. Meskipun tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi, Fillmore berhasil belajar mandiri dan melanjutkan pendidikan hukum, yang membawanya menjadi seorang pengacara sukses.
Peran Millard Fillmore dalam Politik Amerika
1. Menjadi Presiden Setelah Kematian Zachary Taylor
Fillmore diangkat sebagai presiden setelah kematian mendadak Zachary Taylor pada tahun 1850. Pada masa pemerintahannya, negara Amerika Serikat sedang dilanda ketegangan mengenai isu perbudakan dan ekspansi wilayah. Meskipun Fillmore tidak memiliki visi yang terlalu menonjol atau kebijakan besar yang mengubah dunia, ia tetap menghadapi tantangan besar dalam menjaga persatuan negara tersebut.
Salah satu pencapaian pentingnya adalah penandatanganan Undang-Undang Kompromi 1850, yang berusaha menyelesaikan ketegangan antara negara bagian yang mendukung perbudakan dan yang menentangnya. Kompromi ini memungkinkan beberapa negara baru untuk memasuki Uni dan menyeimbangkan kekuatan antara negara bagian bebas dan negara bagian budak. Namun, kebijakan ini juga memicu protes dari kalangan anti-perbudakan yang melihatnya sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip kebebasan.
2. Pengaruh Kebijakan Luar Negeri dan Dalam Negeri
Fillmore juga berperan dalam meningkatkan hubungan luar negeri Amerika Serikat. Salah satu keberhasilan besar adalah pembukaan hubungan dengan Jepang melalui perjanjian Kanagawa pada tahun 1854, yang membuka pelabuhan Jepang untuk perdagangan dengan Amerika Serikat. Perjanjian ini menjadi dasar penting dalam memperkenalkan Jepang ke dunia Barat.
Di dalam negeri, Fillmore berusaha menjaga stabilitas negara dengan mengurangi ketegangan politik antar partai, tetapi ia gagal untuk mengatasi polarisasi yang semakin tajam terkait isu perbudakan. Ketegangan ini akhirnya akan berkembang menjadi Perang Saudara Amerika pada tahun 1861, yang terjadi setelah masa jabatan Fillmore.
3. Akhir Karier Politik
Setelah tidak terpilih lagi pada pemilu 1852, Fillmore menghilang dari panggung politik nasional. Meski demikian, ia sempat mencoba untuk kembali ke politik dengan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 1856, tetapi kalah. Fillmore menghabiskan sisa hidupnya di Buffalo, New York, dan meninggal pada 8 Maret 1874.