Fashion Shows Are Dead: Apakah Era Fashion Show Sudah Berakhir?

Di dunia mode, Fashion Show adalah acara ikonik yang telah menjadi tradisi lama, menampilkan koleksi terbaru dari desainer ternama. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak yang mempertanyakan apakah Fashion Show masih relevan di era digital ini. Berbagai perubahan dalam industri mode dan preferensi konsumen yang semakin berorientasi pada teknologi membuat banyak orang berpendapat bahwa “Fashion Shows Are Dead” atau “Fashion Show Sudah Mati. ” Artikel ini akan membahas mengapa pernyataan tersebut muncul, serta perubahan yang terjadi dalam cara kita melihat mode saat ini.
1. Evolusi Fashion Show: Dari Runway ke Digital
Tradisi Fashion Show yang Ikonik
Fashion Show pertama kali menjadi sorotan pada abad ke-20, dengan desainer seperti Coco Chanel dan Christian Dior yang mengadakan pertunjukan untuk memamerkan koleksi terbaru mereka. Sejak saat itu, runway menjadi ajang paling penting bagi desainer untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka di depan media, pembeli, dan selebriti. Penonton yang hadir langsung menyaksikan kreasi tersebut, sementara media akan melaporkannya ke seluruh dunia.
Namun, dengan adanya teknologi digital dan media sosial, cara orang mengakses dan mengkonsumsi informasi mode mulai berubah. Hal ini mengarah pada pertanyaan besar: Apakah Fashion Show yang selama ini berlangsung di ruang tertutup masih diperlukan?
Transisi ke Mode Digital
Beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan transisi besar dalam dunia mode. Acara Fashion Show yang dulu hanya dapat dihadiri oleh sekelompok orang tertentu, kini dapat disaksikan oleh jutaan orang di seluruh dunia berkat teknologi streaming langsung dan media sosial. Desainer dan brand besar mulai merangkul cara baru dalam memperkenalkan koleksi mereka melalui live-streaming, video pendek, atau bahkan kolaborasi dengan influencer untuk memperkenalkan produk mereka secara langsung ke konsumen.
Pandemi global COVID-19 mempercepat perubahan ini. Dengan pembatasan yang diterapkan di seluruh dunia, banyak acara Fashion Show yang diadakan secara virtual. Desainer dan merek mode harus berpikir kreatif, menciptakan pengalaman mode yang dapat dinikmati oleh audiens tanpa kehadiran fisik di lokasi. Dari sini, timbul pertanyaan: Apakah kita benar-benar membutuhkan fashion show tradisional yang digelar di ruang besar dengan deretan kursi penonton?
2. Mengapa Fashion Shows Mulai Dikritik?
Meningkatnya Keinginan untuk Aksesibilitas
Fashion Show tradisional memiliki banyak keterbatasan. Hanya orang-orang tertentu yang diundang untuk hadir langsung, seperti selebriti, editor mode, dan pembeli. Hal ini menjadikan acara tersebut sangat eksklusif dan hanya dapat diakses oleh segelintir orang. Namun, dengan kemajuan teknologi dan penggunaan media sosial, brand dan desainer kini dapat menampilkan koleksi mereka langsung ke audiens global tanpa batasan ruang dan waktu.
Konsumen modern lebih suka memiliki akses instan ke tren terbaru, tanpa harus menunggu laporan dari media atau melihat foto yang diambil oleh fotografer profesional. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube memungkinkan para penggemar mode untuk melihat koleksi terbaru secara langsung dan memberikan umpan balik langsung kepada brand.
Kritis Terhadap Praktik Konsumerisme
Selain itu, dunia mode sedang berada di bawah sorotan terkait dampak lingkungan dari industri ini. Fashion Show yang megah dan menggunakan banyak sumber daya untuk menciptakan acara besar telah menjadi sorotan karena dianggap boros dan tidak ramah lingkungan. Banyak yang berpendapat bahwa Fashion Show yang berfokus pada kemewahan dan extravaganza hanya memperkuat konsumerisme yang berlebihan.
Industri mode kini lebih fokus pada keberlanjutan dan keadilan sosial, yang berarti bahwa acara Fashion Show yang menghabiskan banyak uang dan sumber daya kini sering kali dipertanyakan. Beberapa brand bahkan lebih memilih untuk menyelenggarakan acara yang lebih kecil, lebih intim, dan lebih berfokus pada dampak positif.
Perubahan dalam Preferensi Konsumen
Konsumen masa kini lebih suka mendapatkan informasi tentang produk mode secara cepat dan praktis. Mereka lebih tertarik untuk melihat koleksi melalui influencer yang mereka ikuti atau melalui video pendek di media sosial daripada harus menghadiri acara fisik. Hal ini mengarah pada perubahan besar dalam cara brand dan desainer mendekati pasar mereka.
Keterlibatan langsung dengan audiens melalui media sosial memungkinkan brand untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan pengikut mereka. Alih-alih mengandalkan acara fashion show besar untuk menciptakan buzz, banyak brand sekarang lebih memilih untuk menggunakan influencer atau kolaborasi langsung dengan konsumen untuk membangun kesadaran.
3. Masa Depan Fashion Show: Apakah Mereka Akan Berubah?
Inovasi dalam Pengalaman Mode
Meskipun banyak yang berpendapat bahwa Fashion Show tradisional sudah mulai mati, bukan berarti acara ini tidak akan berlanjut dalam bentuk yang lebih modern dan relevan. Sebaliknya, banyak desainer dan merek yang terus berinovasi dalam cara mereka menyelenggarakan acara mode. Fashion Show yang dilakukan secara virtual dan live-streaming, misalnya, memungkinkan audiens global untuk terlibat dalam pengalaman tersebut, meskipun mereka tidak dapat hadir secara fisik.
Di sisi lain, beberapa brand mencoba untuk menggabungkan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) untuk menciptakan pengalaman mode yang lebih interaktif. Hal ini memungkinkan konsumen untuk “menghadiri” Fashion Show dari kenyamanan rumah mereka dan melihat koleksi dalam 3D, memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan menarik.
Fashion Show yang Lebih Terarah dan Personal
Alih-alih fokus pada pertunjukan besar yang melibatkan ribuan orang, masa depan Fashion Show mungkin akan lebih berfokus pada acara yang lebih kecil, lebih terkurasi, dan lebih pribadi. Beberapa brand sudah mulai menggelar pertemuan kecil dengan pelanggan setia mereka atau menyelenggarakan event yang lebih intim untuk menghubungkan langsung dengan audiens yang lebih spesifik.
Dengan demikian, meskipun Fashion Show tradisional bisa dikatakan sudah mati, evolusinya menuju pengalaman mode yang lebih inklusif, digital, dan interaktif sepertinya adalah masa depan yang tak terelakkan.